Selasa, 26 April 2016

Pengamatanku !


Libur semester merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh setiap mahasiswa termasuk juga dengan saya. Hal tersebut tentu saja karena dilatar belakangi oleh setiap mahasiswa tersebut bisa merefleksikan otaknya, dan juga yang paling di nanti yaitu bisa pulang kampung dan berkumpul bersama dengan keluarga.
Tepatnya pada libur semester ganjil yang lalu, saya mengalami pengalaman yang unik ketika saya berada di kampung. Hal unik disini adalah saya melakukan yang namanya pengamatan terhadap pengemis yang ada di kampung saya tersebut. Pengamatan ini pada dasarnya tidak ada niat awal saya untuk mengamati tentang pengemis ini, namun hal ini akhirnya saya lakukan karena timbulnya rasa keingintahuan yang saya miliki lebih mendalam lagi tentang pengemis tersebut.
Berawal pada suatu hari tepatnya pada hari senin, di tempat kami tersebut ada yang namanya pasar senin. Sesuai dengan namanya sendiri, bahwa pasar yang ada di tempat ini dilakukan setiap hari senin. Bahkan kami juga berjualan di pasar tersebut selain masyarakat dari wilayah lain. Pada hari itu kemudian rasa keingintahuan saya tentang pengemis itu semakin mendalam lagi untuk bisa mengetahui penyebab dari masalah ini.
Hal itu terjadi ketika saya dan ayah saya melakukan kegiatan biasa kami yaitu berjualan di pasar tersebut. Ketika kami masih melakukan kegiatan seperti biasanya tersebut, tiba-tiba datanglah seorang ibu yang berpakaian layaknya sebagai seorang pengemis datang ke tempat jualan kami dengan tujuan tidak lain dan tidak bukan adalah untuk meminta uang. Dengan bermodalkan sebuah kantong plastik, si ibu tersebut dengan memasang raut wajah yang sedih meminta agar diberi uang.
Namun apa yang terjadi ? ketika saya hendak memberi sejumlah uang kepada ibu tersebut karena merasa kasihan, tiba-tiba ayah saya berkata “ agam, enggak usah di kasih”. Mendengar perkataan itu, tentu saja hal ini menyebabkan timbul tanda tanya besar dalam pikiran saya. Namun, sebelum saya menanyakan hal tersebut kepada ayah saya, tiba-tiba ayah saya langsung memberitahu alasannya bahkan langsung diberitahu didepan saya dan si ibu tersebut. “Ibu ini sebenarnya orang yang kaya (mampu) dari segi hartanya, iya bahkan mempunyai rumah yang lumayan besar dikampung dimana iya tinggal tersebut. Tapi, dia sangat malas untuk bekerja padahal dia masih punya jasmani yang masih sehat dan kuat. Namun yang dia andalkan hanyalah selalu meminta-minta. Padahal masih banyak orang diluar sana yang badannya tidak sesehat ibu ini, tetapi mereka masih tetap sanggup untuk bekerja dengan cara yang benar tanpa meminta-minta”.
Mendengar jawaban itu, ibu tersebut langsung pergi tanpa mendapat uang apapun dari kami dan bahkan ia meninggalkan tempat kami dengan berat hati. Ketika mendengar itu semua, awalnya saya masih tidak cepat percaya begitu saja, sehingga hal ini lah yang kemudian semakin membuat saya jadi penasaran dan ingin mendapatkan jawaban yang benar dan pasti dari masalah ini.
Setelah itu, timbullah rasa saya untuk megetahui lebih mendalam lagi tentang itu semua dan memutuskan untuk mengamati ibu tersebut. Dari sumber yang saya dapat dari ayah saya dan orang lain mengatakan hal yang sama bahwa ibu ini memang orang yang bisa dikatakan mampu (kaya). Dan informasi yang saya dapat bahwa ibu ini selalu megemis setiap hari senin dan kamis. Dimana pada hari kamis tersebut juga terdapat pasar setiap hari kamis di kampung sebelah.
Dengan bermodalkan informasi tersebut, kemudian saya memulai aksi untuk mengamati ibu tersebut. Bermula pada hari kamis sesuai dengan informasi yang saya dapat, kemudian saya mulai mencari ibu tersebut di pasar kamis itu. Alhasil, saya mendapati ibu tersebut memang lagi meminta-minta uang kepada para penjual di pasar itu. Sambil terus mengamati ibu tersebut, kemudian saya melihat ibu itu istirahat di salah satu rumah makan yang cukup mewah tidak jauh dari pasar tadi.
Pada hari selanjutnya (senin), lagi-lagi saya mendapati ibu tersebut meminta-minta lagi dengan bermodalkan sebuah kantong plastik ibu tersebut lagi-lagi mendapat uang dengan usaha yang tidak begitu sulit.
Tepat pada hari kamis selanjutnya, kemudian saya mengamati ibu tersebut seperti biasanya lebih awal dari sebelumnya dengan niat agar mengetahui ibu tersebut memulai kegiatan itu dari mana. Alhasil, dari informasi yang saya dapat kemudian saya mendapati ibu tersebut diturunkan dari sebuah mobil sewa (labi-labi) sekitar ± 1 kilometer dari tempat pasar tersebut. Seperti biasanya, dengan bermodalkan sebuah kantong plastik ibu tersebut kemudian memulai aksinya meminta-minta dari satu rumah ke rumah lainnya sampai kepada pasar kamis tersebut.
Kemudian, untuk lebih meyakinkan lagi informasi yang saya dapat bahwa ibu ini ternyata punya rumah yang cukup besar dan mewah di sekitaran ibu itu tinggal. Dengan berbekal informasi tersebut, kemudian saya mencari tempat tinggal ibu itu.
Hari selanjutnya, kemudian saya mengajak salah seorang teman yang memang pernah melihat ibu tersebut tinggal di rumah yang mewah dan besar tersebut. Setelah tibanya di suatu rumah yang memang cukup besar dan mewah, awalnya saya tidak percaya bahwa ibu itu tinggal di rumah yang besar itu. Untuk lebih meyakinkan lagi, akhirnya saya bertanya kepada salah seorang tetangga rumah ibu itu. Dan dari jawaban yang diberikan ternyata memang benar ibu itu tinggal di rumah itu. Hal ini kemudian membuat saya semakin yakin bahwa ibu itu memang orang yang mampu dari segi ekonominya. Namun, tetap saja ibu ini mencari nafkah dengan cara yang bisa dikatakan tidak sesuai dengan ajaran islam. Karena seperti yang kita ketahui bahwa islam itu selalu mengajarkan bahwa tangan di atas itu lebih baik dari pada tangan di bawah. Bahkan islam juga melarang kita untuk nermalas-malasan, apalagi mencari nafkah dengan jalan seperti inni.
Dari hal itu semua kemudian saya berfikir bahwa didunia yang semakin ketat persaingan ekonomi ini ternyata banyak cara yang orang lakukan untuk bisa terus bertahan orang berlomba-lomba untuk bisa memiliki ekonomi yang bagus bahkan sampai rela menghalalkan segala cara yang tentunya cara-cara tersebut bertentangan dengan yang dianjurkan oleh islam.ahkan. Hal tersebut memang benar, tapi hanya caranya saja yang harus diperbaiki.
Inilah salah satu cerita di liburan saya, bisa dibilang liburan sambil belajar. Dari hal itu saya mendapatkan pelajaran bahwa harta itu bukanlah segalanya. Kebahagian dunia tidak dipandang dari segi berapa banyak harta yang dimilikinya. Justru akan lebih bahagia lagi jika harta tersebut diperoleh dengan cara yang benar dan halal sehingga yang dikonsumsi dengan harta itu juga akan mengalir darah yang halal dan baik dalam diri kita.
( Wallahu’alam Bissawab, sesungguhnya hanya Allah Maha Pemberi Rezki yang halal lagi baik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar