Selasa, 26 April 2016

Pengamatanku !



Pada kali ini penulis akan memaparkan suatu hal yang berkaitan dengan pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya. Pengamatan yang dilakukan kali ini adalah bisa dikatakan berkaitan dengan pekerjaan yang paling mudah dilakukan tapi dengan jalan yang salah yaitu tidak lain dan tidak bukan adalah masalah pengemis.
Dimana, di dunia yang semakin modern ini setiap orang saling berlomba-lomba untuk bisa memiliki memiliki ekonomi atau harta kekayaan yang semakin banyak. Bahkan orang-orang rela melakukannya dengan cara yang tidak benar sampai-sampai yang ironisnya menghalalkan segala cara untuk memperolehnya.
Berbicara soal pengemis, secara pandangan saya bahwa hal tersebut sangatlah tidak benar atau tidak sesuai dengan yang diajarkan oleh islam. Apalagi jika dilihat di dunia ini, bukan hanya dunia saja yang semakin modern, bahkan para pengemis pun semakin modern dan canggih ibaratnya seperti itu.
Bagaimana tidak demikian, jika dilihat ke lapangan sekarang begitu banyaknya pengemis yang melakukan segala cara walaupun dengan jalan yang tidak benar untuk memperoleh uang. Begitu banyak cara yang dilakukan oleh pengemis modern saat sekarang ini, ada yang dengan bermodalkan sebuah kantong plastic kemudian meminta-minta dari satu rumah ke rumah lainnya. Bahkan yang paling parahnya dan ironisnya ia rela melibatkan anaknya meskipun kebanyakan anak tersebut adalah anak yang di sewa, tapi tetap saja hal tersebut merupakan cara yang sangat bertentangan dengan seharusnya.
Baiklah, langsung saja disini penulis akan memberikan sedikit gambaran pengemis yang telah diamati sebelumnya. Pengemis yang saya amati disini adalah seorang bapak-bapak yang biasanya saya lihat bahwa bapak ini selalu mangkal atau beraksi sekali seminggu tepatnya setiap hari sabtu di tempat yang sama yaitu di lapangan tugu.
Dengan bermodalkan sebuah kertas yang bertulisan yang saya sendiri tidak tau apa yang tertulis disitu dan dengan sebuah kantong plastic bapak ini meminta-minta kepada setiap penjual yang berada di sekitar lapangan tersebut dan terus berlanjut ke setiap rumah warga sekitaran tempat itu. Beginilah seterusnya setiap hari sabtu bapak ini menjalankan pekerjaanya ini sehingga ia bisaa mengumpulkan uang dengan begitu mudahnya.



Namun, kemudian saya memperoleh informasi lainnya bahwa ternyata teman saya pernah melihat bapak ini sebelumnya di tempat yang berbeda pada hari yang berlainan. Hal tersebut kemudian membuat saya semakin penasaran dan akhirnya kami kemudian mengamati bapak tersebut. Dari beberapa hari yang kami lakukan dengan berbagai informasi dari orang lainnya kami mendapati bahwa bapak ini meminta-minta ditempat-tempat yang berbeda. Dan ternyata dari pengamatan yang kami lakukan memberikan hasil daan menyimpulkan bahwa bapak ini melakukan kegiatannya sehari-hari dengan mengemis di tempat-tempat yang berbeda. Dengan hanya bermodalkan secarcik kertas dan sebuah kantongan plastic bapak ini dapat mencari nafkah dengan mudahnya. Wallahu’alam .


Mungkin pada pengamatan kali ini hanya ini yang dapat penulis gambarkan dan paparkan yang berkaitan dengan pengemis. Dari hal ini memberikan kita pengajaran bahwa harta itu bukanlah segalanya. Kebahagian dunia tidak dipandang dari segi berapa banyak harta yang dimilikinya. Justru akan lebih bahagia lagi jika harta tersebut diperoleh dengan cara yang benar dan halal sehingga yang dikonsumsi dengan harta itu juga akan mengalir darah yang halal dan baik dalam diri kita.
Hanya Allah lah Maha Pemberi Rizki yang halal lagi baik. Dan semoga kita terhindar agar tidak menjadi orang yang mensyurgakan dunia dan harta. Amiin, amiin ya rabbal ‘alamin.

Pengamatanku !


Libur semester merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh setiap mahasiswa termasuk juga dengan saya. Hal tersebut tentu saja karena dilatar belakangi oleh setiap mahasiswa tersebut bisa merefleksikan otaknya, dan juga yang paling di nanti yaitu bisa pulang kampung dan berkumpul bersama dengan keluarga.
Tepatnya pada libur semester ganjil yang lalu, saya mengalami pengalaman yang unik ketika saya berada di kampung. Hal unik disini adalah saya melakukan yang namanya pengamatan terhadap pengemis yang ada di kampung saya tersebut. Pengamatan ini pada dasarnya tidak ada niat awal saya untuk mengamati tentang pengemis ini, namun hal ini akhirnya saya lakukan karena timbulnya rasa keingintahuan yang saya miliki lebih mendalam lagi tentang pengemis tersebut.
Berawal pada suatu hari tepatnya pada hari senin, di tempat kami tersebut ada yang namanya pasar senin. Sesuai dengan namanya sendiri, bahwa pasar yang ada di tempat ini dilakukan setiap hari senin. Bahkan kami juga berjualan di pasar tersebut selain masyarakat dari wilayah lain. Pada hari itu kemudian rasa keingintahuan saya tentang pengemis itu semakin mendalam lagi untuk bisa mengetahui penyebab dari masalah ini.
Hal itu terjadi ketika saya dan ayah saya melakukan kegiatan biasa kami yaitu berjualan di pasar tersebut. Ketika kami masih melakukan kegiatan seperti biasanya tersebut, tiba-tiba datanglah seorang ibu yang berpakaian layaknya sebagai seorang pengemis datang ke tempat jualan kami dengan tujuan tidak lain dan tidak bukan adalah untuk meminta uang. Dengan bermodalkan sebuah kantong plastik, si ibu tersebut dengan memasang raut wajah yang sedih meminta agar diberi uang.
Namun apa yang terjadi ? ketika saya hendak memberi sejumlah uang kepada ibu tersebut karena merasa kasihan, tiba-tiba ayah saya berkata “ agam, enggak usah di kasih”. Mendengar perkataan itu, tentu saja hal ini menyebabkan timbul tanda tanya besar dalam pikiran saya. Namun, sebelum saya menanyakan hal tersebut kepada ayah saya, tiba-tiba ayah saya langsung memberitahu alasannya bahkan langsung diberitahu didepan saya dan si ibu tersebut. “Ibu ini sebenarnya orang yang kaya (mampu) dari segi hartanya, iya bahkan mempunyai rumah yang lumayan besar dikampung dimana iya tinggal tersebut. Tapi, dia sangat malas untuk bekerja padahal dia masih punya jasmani yang masih sehat dan kuat. Namun yang dia andalkan hanyalah selalu meminta-minta. Padahal masih banyak orang diluar sana yang badannya tidak sesehat ibu ini, tetapi mereka masih tetap sanggup untuk bekerja dengan cara yang benar tanpa meminta-minta”.
Mendengar jawaban itu, ibu tersebut langsung pergi tanpa mendapat uang apapun dari kami dan bahkan ia meninggalkan tempat kami dengan berat hati. Ketika mendengar itu semua, awalnya saya masih tidak cepat percaya begitu saja, sehingga hal ini lah yang kemudian semakin membuat saya jadi penasaran dan ingin mendapatkan jawaban yang benar dan pasti dari masalah ini.
Setelah itu, timbullah rasa saya untuk megetahui lebih mendalam lagi tentang itu semua dan memutuskan untuk mengamati ibu tersebut. Dari sumber yang saya dapat dari ayah saya dan orang lain mengatakan hal yang sama bahwa ibu ini memang orang yang bisa dikatakan mampu (kaya). Dan informasi yang saya dapat bahwa ibu ini selalu megemis setiap hari senin dan kamis. Dimana pada hari kamis tersebut juga terdapat pasar setiap hari kamis di kampung sebelah.
Dengan bermodalkan informasi tersebut, kemudian saya memulai aksi untuk mengamati ibu tersebut. Bermula pada hari kamis sesuai dengan informasi yang saya dapat, kemudian saya mulai mencari ibu tersebut di pasar kamis itu. Alhasil, saya mendapati ibu tersebut memang lagi meminta-minta uang kepada para penjual di pasar itu. Sambil terus mengamati ibu tersebut, kemudian saya melihat ibu itu istirahat di salah satu rumah makan yang cukup mewah tidak jauh dari pasar tadi.
Pada hari selanjutnya (senin), lagi-lagi saya mendapati ibu tersebut meminta-minta lagi dengan bermodalkan sebuah kantong plastik ibu tersebut lagi-lagi mendapat uang dengan usaha yang tidak begitu sulit.
Tepat pada hari kamis selanjutnya, kemudian saya mengamati ibu tersebut seperti biasanya lebih awal dari sebelumnya dengan niat agar mengetahui ibu tersebut memulai kegiatan itu dari mana. Alhasil, dari informasi yang saya dapat kemudian saya mendapati ibu tersebut diturunkan dari sebuah mobil sewa (labi-labi) sekitar ± 1 kilometer dari tempat pasar tersebut. Seperti biasanya, dengan bermodalkan sebuah kantong plastik ibu tersebut kemudian memulai aksinya meminta-minta dari satu rumah ke rumah lainnya sampai kepada pasar kamis tersebut.
Kemudian, untuk lebih meyakinkan lagi informasi yang saya dapat bahwa ibu ini ternyata punya rumah yang cukup besar dan mewah di sekitaran ibu itu tinggal. Dengan berbekal informasi tersebut, kemudian saya mencari tempat tinggal ibu itu.
Hari selanjutnya, kemudian saya mengajak salah seorang teman yang memang pernah melihat ibu tersebut tinggal di rumah yang mewah dan besar tersebut. Setelah tibanya di suatu rumah yang memang cukup besar dan mewah, awalnya saya tidak percaya bahwa ibu itu tinggal di rumah yang besar itu. Untuk lebih meyakinkan lagi, akhirnya saya bertanya kepada salah seorang tetangga rumah ibu itu. Dan dari jawaban yang diberikan ternyata memang benar ibu itu tinggal di rumah itu. Hal ini kemudian membuat saya semakin yakin bahwa ibu itu memang orang yang mampu dari segi ekonominya. Namun, tetap saja ibu ini mencari nafkah dengan cara yang bisa dikatakan tidak sesuai dengan ajaran islam. Karena seperti yang kita ketahui bahwa islam itu selalu mengajarkan bahwa tangan di atas itu lebih baik dari pada tangan di bawah. Bahkan islam juga melarang kita untuk nermalas-malasan, apalagi mencari nafkah dengan jalan seperti inni.
Dari hal itu semua kemudian saya berfikir bahwa didunia yang semakin ketat persaingan ekonomi ini ternyata banyak cara yang orang lakukan untuk bisa terus bertahan orang berlomba-lomba untuk bisa memiliki ekonomi yang bagus bahkan sampai rela menghalalkan segala cara yang tentunya cara-cara tersebut bertentangan dengan yang dianjurkan oleh islam.ahkan. Hal tersebut memang benar, tapi hanya caranya saja yang harus diperbaiki.
Inilah salah satu cerita di liburan saya, bisa dibilang liburan sambil belajar. Dari hal itu saya mendapatkan pelajaran bahwa harta itu bukanlah segalanya. Kebahagian dunia tidak dipandang dari segi berapa banyak harta yang dimilikinya. Justru akan lebih bahagia lagi jika harta tersebut diperoleh dengan cara yang benar dan halal sehingga yang dikonsumsi dengan harta itu juga akan mengalir darah yang halal dan baik dalam diri kita.
( Wallahu’alam Bissawab, sesungguhnya hanya Allah Maha Pemberi Rezki yang halal lagi baik)

Sabtu, 23 April 2016

An Angel Without Wings
Berbicara mengenai cinta, ada sesosok wanita dalam hidup saya ini yang begitu sangat mencintaiku dengan sepenuh hatinya, bahkan sangat mencintaiku lebih dari ia mencintai dirinya sendiri. Iya, tentu saja dia adalah ibuku. Bagaimana tidak, ia bahkan rela mempertaruhkan nyawanya demi melahirkanku, melahirkanku agar aku bisa melihat dunia yang begitu indah ini, bahkan rela memberikan segalanya apa yang aku inginkan agar melihat senyum manis yang terukir indah dari bibirku.
Ibu yang rela mempertaruhkan nyawanya agar aku bisa dilahirkan didunia ini. Dia juga yang rela mengorbankan apa saja yang beliau miliki demi kebahagianku. Pernah terbesit dihatiku, bagaimana bisa beliau dengan relanya mengandungku selama sembilan bulan bahkan mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkanku, bagaiamana bisa beliau sebegitu sabarnya mengurusku sedari aku ia lahirkan sampai seperti sekarang ini, bahkan bagaimana bisa mengorbankan segalanya yang ia miliki demi kebahagianku.
Jika di ingat kembali, betapa sabarnya beliau dalam menjagaku sejak bayi sampai sekarang. Ketika masih bayi, ia bahkan dengan sepenuh hatinya merawatku dan rela terjaga ketika aku terbangun dari tidurku dan menangis. Tangan hangatnya dengan penuh kasih sayang membelaiku agar bisa berhenti dari tangisku. Bahkan, tangisan nakal dari bibirku itu takkan pernah jadi deritanya.
Bahagiaku syurga baginya, dan deritaku serasa pilu baginya. Begitulah yang mungkin dirasakan oleh ibu dalam menjaga dan merawatku seperti ini. Jikalah diingat jasa ibu, aku pasti tidak sanggup untuk membalas semuanya. Tapi ternyata, ibu tidak mengharapkan balasan apapun dariku atas semua yang telah beliau berikan. Sekarang aku tau pasti kenapa kasih ibu kepadaku itu hanya memberi dan tak harap kembali. Karena, andai saja segala kasih sayang ia berikan itu mengharapkan kembalian, sudah pasti aku tidak akan bisa dan tak akan pernah bisa untuk mengembalikan itu semua. Namun, ibu tak pernah mengharapkan imbalan apapun dariku, dengan kebahagianku saja sudah sangat lebih dari cukup membuatnya untuk bahagia.
Ketika aku menangis, tangan hangat ibulah yang dengan senang hati menjadi tisu untuk menghapus air mataku yang mengalir. Ketika aku lelah, ibu selalu dengan rela menyediakanku bahu agar aku bisa bersandar sejenak. Ketika aku sakit, ibulah yang menjadi dokter dan yang selalu merawatku dengan sepenuh hatinya. Dan bahkan ketika aku menyerah untuk menjalani kehidupan, ia jugalah yang selalu membuatku bangkit dari kata-kata menyerah itu.
Jika dibilang pahlawan, ibu bahkan bagiku lebih dari sekedar seorang pahlawan. Bagaimana tidak, jasa dan pengorbanan serta kasih sayang yang ia berikan kepadaku tak terhingga sepanjang masa. Sepanjang hidupnya ia akan selalu dengan rela dan senang hati untuk memberikan kasih sayangnya itu. Berbahagialah kita yang masih bisa merasakan kasih sayang seorang ibu, karena berkat kasih sayangnya itulah yang mengantarkan kita seperti sekarang ini.
Sebagai seorang anak, betapa jahatnya aku yang tak pernah memikirkan hal demikian. Terkadang aku bahkan sering sekali membuat ibu kecewa karenaku, tidak sedikit saja aku telah membuat hatinya tergores dan terluka. Bahkan, aku sering sekali membuat hatinya terpukul karena kenakalanku. Tapi apa ? ibu tetap saja dengan ikhlas membimbingku, ibu juga yang dengan senantiasa selalu memberikanku yang terbaik. Bahkan terlebih dari itu, ibu selalu menyebut namaku di setiap doanya yang ia panjatkan kepada tuhan.
Ya allah, mungkin aku tidak bisa berbuat lebih, tapi aku hanya bisa terus dan terus memanjatkan doa kepadamu. Aku hanya menginginkan jadikanlah ibuku sebagai hamba yang kau sayangi disisimu bagaimana layaknya inu selalu menyayangiku dan selalu ada disisiku.
Mungkin sekarang jarak dan keadaan memisahkan kita, dari kejauhan ini aku hanya bisa mendoakan yang terbaik buat ibu disana. Terima kasih ibu juga selalu mendoakanku, dan bahkan setiap langkahku diiringi dengan doa-doa yang ibu panjatkan. Lewat surat ini aku sampaikan bahwa aku sangat-sangat mencintai ibu, maafkan aku yang masih belum bisa membahagiakan ibu dan aku harap ibu takkan pernah berhenti untuk terus menyebutku dalam setiap doa-doamu.

Minggu, 10 April 2016

Pengamatanku !



     
     Pada kali ini saya menuliskan sedikit mengenai pengamatan yang saya lakukan selama dua hari terhadap beberapa kejadian. Baiklah, langsung saja saya memaparkan hal yang telah saya amati selama beberapa hari tersebut. Tapi, sebelum itu ada baiknya kita terlebih dahulu mengetahui apa yang dinamakan dengan pengamatan itu.
     Jadi, yang dikatakan dengan pengamatan atau juga sering dikatakan dengan Observasi adalah kegiatan menggunakan satu indra atau lebih seperti melihat, mendengar, mencium, mengecap dan meraba secara saksama untuk mendapatkan keterangan atau makna dari suatu yang diamati. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan keterangan atau pengetahuan dari suatu peristiwa. Objek yang diamati dapat berupa makhluk hidup atau bagian dari makhluk hidup maupun proses dalam kehidupan tersebut.
     Dan karena itu, disini saya akan memaparkan suatu kejadian yang telah saya amati sebelumnya. Kejadian ini sebenarnya telah saya amati bukan hanya selama satu atau dua hari, melainkan hal ini telah saya amati bahkan sampai berminggu-minggu. Hal yang saya amati disini salah satunya adalah bahwa saya selalu melihat salah seorang mahasiswa seperti saya di kampus yang sama dengan saya dan bahkan satu fakultas dengan saya juga. Hal yang menjadi objek yang saya amati disini adalah, ketika setiap saat saja saya pergi ke perpustakaan kampus tepatnya ke tempat bagian perpustakaan tersebut yang menyediakan fasilitas komputer, mahasiswa ini selalu saja sudah ada berada di tempat tersebut. Mungkin hal ini kelihatan begitu aneh untuk saya amati dan dijadikan suatu masalah, tapi justru dengan hal itu saya mendapatkan keterangan dan pelajaran dari hal tersebut.
     Hal tersebut selalu saja menjadi masalah yang timbul dalam pikiran saya. Karena, setiap saat saya pergi ke perpustakaan, dia sudah berada disana. Oleh karena itu, saya kemudian melakukan pengamatan terhadap apa saja yang membuatnya begitu sering sekali pergi ke perpustakaan tersebut.
Awalnya saya berpikir bahwa kemungkinan besar dia ke perpustakaan tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mencari bahan dan tugasnya dalam perkuliahan pada siang hari. Tapi nyatanya, ia bahkan ke perpustakaan tidak hanya pada siang tapi juga pada malam harinya. Oleh sebab itu, kemudian terpikir dalam benak saya apakah anak hanya menghabiskan waktunya di perpustakaan ini. Dan apa sebenarnya yang membuatnya sebegitu rajinnya seperti ini.
     Setelah melakukan pengamatan beberapa hari, kemudian saya memperoleh sedikit jawaban dari pertanyaan tersebut yang membuktikan bahwa tidak lain dan tidak bukan bahwa ia ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas dan mencari bahan perkuliahannya. Hal ini tentu saja semakin membuat rasa penasaran saya semakin bertambah, apa yang membuatnya rajin seperti itu.
     Di kemudian harinya lagi, saya mendapatkan informasi bahwa mahasiswa tersebut mempunyai prestasi yang sangat bagus bukan hanya selama di bangku sekolah, bahkan sampai ke perkuliahannya saat sekarang ini.
     Hal tersebut kemudian membuat saya semakin penasaran.Sehingga pada hari selanjutnya saya memutuskan langsung untuk menanyai mahasiswa tersebut apa yang sebenarnya yang membuatnya sebegitu rajinnya. Maka, kemudian saya menceritakan kepadanya bahwa saya telah mengamatinya selama beberapa minggu ini dan kemudian menanyakan hal yang menjadi motivasinya selama ini. 
     Dengan senang hati ia menceritakan bahwa yang berada dibelakang kesuksesannya itu tidak lain dan tidak bukan adalah kekuatan doa sang ibunya yang selalu menyertainya. Ibu yang selalu membuatnya tersenyum dan bangkit dari kegagalan. Ibu yang rela menjadi tulang punggung untuk menghidupi dan membiayai perkuliahannya. Dan bahkan, ibu yang selalu bersedia menjadi sandaran ketika ia lelah menghadapi semuanya. Bahkan dia mengatakan “ibu saya pernah bilang : kita mungkin miskin harta nak, tapi ibu inginkan kamu jangan pernah miskin dengan ilmu”.
     Mendengar semua jawaban itu, kemudian membuat saya sadar bahwa “kekuatan itu bukan berasal dari fisik, melainkan ia datang dari kemauan yang tidak dapat ditakhlukkan”. Akhirnya terjawab semua pertanyaan dari masalah yang saya amati selama ini. Dan dari pengamatan tersebut, selain saya mendapatkan jawaban dari masalah itu juga  bahkan saya mendapatkan pengetahuan didalamnya.

Terima Kasih telah membaca

Wasslam